Tidak hanya saat mengandung, depresi dapat juga dialami setelah ibu melahirkan bayinya. Sekitar 30 persen ibu yang baru saja melahirkan diduga mengalami depresi pasca melahirkan.
Meski bukan kehamilan pertama, tetap saja para ibu kewalahan saat depresi datang.
Stres dan Depresi Saat Ibu Hamil
Depresi sering disebabkan oleh perubahan hormon yang mempengaruhi mood ibu secara keseluruhan sehlngga si ibu sering merasa kesal, jenuh, atau sedih, keadaan fisik yang berubah saat hamil karena faktor hormonal.
Adanya masalah-masalah pada kandungan seperti kandungan lemah, sering muntah pada awal kandungan, dan masalah-masalah lain juga bisa menyebabkan depresi. lbu akan terus-menerus mengkhawatirkan keadaan anak dan ini akan membuat dia merasa tertekan.
Depresi pada ibu hamil lebih cocok disebut sebagai gangguan penyesuaian (adjusment problem) terhadap perubahan produksi hormon waktu hamil. lni yang kadang susah diadaptasi oleh para ibu-ibu, proses penyesuaian diri.
Faktor dari Luar
Apalagi bila si ibu bekerja, bisa ditambah tekanan pekerjaan di kantor. Berbagai faktor tersebut bisa menjadi penyebab stres berlebih hingga muncul depresi. Tapi sebenarnya kalau bisa beradaptasi maka ibu akan terbiasa, mual sudah hilang, dan mulai enak makan.
Usia Kehamilan
“Masa 0-16 minggu mengalami morning sickness. Dan pada 16-32 minggu, agak tenang. Usia 33 – 40 minggu, mulai sesak karena perut membuncit, mulai bernapas begah, sesak napas tapi bukan sakit jantung.
Sampai usia kandungan delapan bulan maksimal ibu akan mengalami pembesaran di beberapa bagian tubuhnya, karena itu ibu mulai merasa mudah lelah”.
Selain itu, menjelang usia kehamilan tertentu, ibu mengalami sulit tidur. lni tentu menyebabkan si ibu keesokan harinya akan merasa amat letih, ada lingkaran hitam di mata, dan kulit muka menjadi kusam.
Biasanya gangguan penyesuaian mencakup kenaikan berat badan yang melonjak drastis dan terjadi reaksi saat hamil, seperti muntah-muntah, mual, pusing, ngilu, badan terasa sakit. Hal ini seharusnya tidak disikapi berlebihan sehingga menimbulkan stres berat atau depresi.
Janin Ikut Stres
Depresi yang dialami bumil bisa berakibat buruk bagi janinnya. Meski dalam kandungan, janin sudah bisa merasakan apa yang dialami ibunya. Salah satunya, ketika depresi biasanya orang sulit tidur atau mengalami gangguan tidur.
Padahal ibu hamil harus cukup waktu tidurnya dan juga memenuhi asupan gizi dengan makan dan minum yang cukup. Secara emosional juga mengganggu hubungan sosial ibu hamil. Biasanya ibu hamil yang depresi lebih senang menyendiri.
Berdasarkan penelitian Tiffani Field dari Fakultas Kedokteran Universitas Miami, anak yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami depresi berat selama kehamilan akan memiliki kadar hormon stres tinggi, aktivitas otak yang peka terhadap depresi, menunjukkan sedikit ekspresi, dan mengalami gejala depresi lain, seperti sulit makan dan tidur.
Depresi Pada Bayi Yang Tidak Segera Ditangani
Yang lebih berbahaya bila gejala depresi pada bayi baru lahir tidak segera ditangani, anak berkembang menjadi anak yang tidak bahagia. Mereka sulit belajar berjalan, berat badan kurang, dan tidak responsif terhadap orang lain.
Bila keadaan ini tetap tidak tertanggulangi, anak akan tumbuh menjadi balita yang depresi.
Saat mulai sekolah mereka mengalami masalah tingkah laku, seperti agresif dan mudah stres. Anak menjadi tidak tenang karena secara psikis dan fisik si ibu pun tidak tenang. Karena itu seorang ibu hamil perlu menata kondisi psikologisnya. Sebaiknya kendalikan stres dan depresi anda.
Semoga bermanfaat.